Kopi menjadi salah satu komoditi unggulan penghasil devisa negara. Bahkan Indonesia menjadi produsen kopi nomor tiga dunia, setelah Brasil dan Vietnam. Di tengah kebanggaan sebagai penghasil kopi dunia, ternyata banyak petani di Indonesia menemui kendala dalam budidaya.
Salah satu kendala tersebut adalah adanya serangan penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei Ferr. Di Bali pada akhir tahun 2010 sempat terjadi serangan hama ini yang merusak tanaman kopi hingga 116,8 hektar (ha).
Karena itu kondisi ini harus segera mendapat perhatian dan tindak lanjut. Jika tidak, maka perkembangan hama dari tahun ke tahun makin menjalar ke seluruh sentra produksi kopi di Indonesia. Apalagi dengan adanya perubahan iklim global membuat perkembangan hama tersebut terus meningkat.
Ternyata bukan hanya Indonesia yang mengalami serangan hama tersebut. Hampir sebagian produsen kopi dunia menghadapi persoalan yang sama. Hama penggerek buah kopi menyebabkan kerugian ekonomi dan mempengaruhi ekonomi lebih dari 20 juta keluarga pedesaan di dunia.
Serangan H. hampei adalah salah satu masalah terbesar produksi kopi global. Kerugian yang dialami cukup besar. Hasil panen yang hilang bisa yang berkisar dari 5-24%. Dalam kasus-kasus ekstrim dilaporkan kehilangan hasil sampai 50%.
Kenali si Kumbang Kecil
H. hampei (PBKo) merupakan kumbang kecil yang termasuk pada ordo Coleoptera famili scotylidae. Serangga ini memiliki kemampuan bertelur 54 butir. Umur telurnya adalah 5-9 hari. Umur larva (2 instar pada jantan dan 3 instar pada betina) 10-26 hari, umur prapupa 2 hari, umur pupa 4-9 hari.
Serangga dewasa betina berukuran 2 mm dan jantan 1,3 mm. Usia kumbang jantan maksimum 103 hari. Sedangkan betina kurang lebih 156 hari, maksimum 282 hari. Serangga berwarna hitam kecoklatan, jantan tidak bisa terbang. Sedangkan betina terbang jam 16.00-18.00 dengan kemampuan terbang sejauh 350 meter. Dalam satu daur hidup membutuhkan 25-35 hari.
Gejala serangan PBKo pada buah muda ditandai dengan adanya lubang pada bagian belakang buah yang menyebabkan buah tidak berkembang, busuk dan gugur. Serangan pada buah muda ini dapat mencapai 7-14%. Biasanya serangga betina lebih menyukai meletakkan telur pada buah cukup tua (mengkal), sehingga PBKo berkembang sampai buah dipanen atau gugur. Jika buah tidak gugur, maka kualitas biji yang dapat dipanen akan rendah dikarenakan biji berlubang.
Salah satu teknologi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi serangan hama penggerek buah kopi adalah dengan melakukan pengendalian PBKo dengan pemanfaatan pestisida nabati.
Pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan antara lain adalah kombinasi/campuran sere wangi dan saliara.
Sere wangi merupakan jenis rumput-rumputan dengan tinggi tanaman sekisar 50-100 cm. Daun tunggal berjumbai, panjang sekitar 1 meter, lebar 1,5 cm. Tapi kasar dan tajam, tulang daun sejajar, permukaan atas dan bawah berambut serta berwarna hijau.
Batang tidak berkayu, berusuk-rusuk pendek, dan berwarna putih. Akar serabut dan perbanyakan dengan pemisahan tunas atau anakan. Bunga majemuk, bentuk malai, karangan bunga berseludang, terletak dalam satu tangkai, bulir kecil, benang sari berlepasan, kepala putik muncul dari sisi, putih. Buah seperti buah padi, bulat panjang, pipih, putih kekuningan. Bijinya bulat panjang, berwarna coklat.
Kandungan kimia tanaman sere wangi lebih banyak ditemukan pada batang dan daun. Dengan cara, batang dan daun dihaluskan, lalu dicampur dengan pelarut akan dihasilkan minyak atsiri yang mengandung senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena.
Salah satu senyawa kimia sere wangi yang dapat membunuh serangga adalah sitronela. Sitronela mempunyai sifat racun (desiscant). Menurut cara kerjanya racun ini seperti racun kontak yang dapat memberikan kematian karena kehilangan cairan secara terus-menerus sehingga tubuh serangga kekurangan cairan. Secara umum kandungan kimia sere wangi bersifat penolak/repellent terhadap serangga hama.
Sedangkan
saliara (Lantana camara Linn.), merupakan
tanaman perdu dengan tinggi 0,5-1,5 meter. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dan tumbuh baik di daerah tropis. Tanaman ini tumbuh tersebar di daerah tropis hampir seluruh benua. Dapat tumbuh hingga ketinggian 1.700 meter dpl.
Merupakan tanaman tahunan dengan ciri-ciri, kulit batang berwarna coklat dengan permukaan kasar. Daun berwarna hijau berbentuk oval dengan pinggir daun bergerigi. Permukaan daun kasar karena terdapat bulu. Kedudukan daun berhadapan dan tulang daun menyirip.
Memiliki bunga yang bersifat rasemos dan memiliki warna beraneka ragam, putih, merah muda, jingga, kuning. L. camara Linn. memiliki buah seperti buah buni. Bewarna hijau dan bila telah matang berwarna hitam. Tanaman ini dapat dikembangbiakkan melalui biji dan stek.
Berdasarkan hasil penelitian dari ekstrak daun dan bunga didapatkan senyawa-senyawa yang berfungsi sebagai insektisidal, fungisidal, nematisidal, dan anti mikrobakterial. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah Humule (minyak asiri), Lantadene A, Lantadene B, Lantanolic acid, Lantic acid, b-coryophylle, g-terpidene, a-pinene, dan r-cynaene.
Senyawa triterpenoid dari tanaman ini mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococus aureus yang merupakan bakteri patogen pada penyakit saluran pernafasan. Selain itu kandungan kimia tanaman saliara juga dapat dimanfaatkan sebagai penolak/repellent serangga hama.
sc:
tabloidsinartani.com
Achmad Sarjana dan Wahyu Widiyasmoro/Yul