Semut yang diternak Prihandono pun bukan semut biasa, tetapi semut rangrang salah satu jenis semut yang dikenal sangat sakit jika menggigit.
Bagaimana Prihandono menjalani usahanya?
Prihandono mengatakan, pertama-pertama untuk memulai bisnisnya yakni membuatkan rumah untuk semut. Untuk membuatkan rumah bagi semut-semut tersebut agar betah tinggal dan tidak kabur hanya dengan menggunakan media sederhana yakni berupa botol-botol bekas air mineral.
“Saya juga harus memberi makan dan minum secara teratur pada semut peliharaan ini agar tidak mati dan cepat bertelur,” ungkap Prihandono.
Menurut Prihandono, suhu tempat semut ini tinggal juga harus di perhatikan, jika udara terlalu panas harus menyemprotkan air layaknya embun agar suhu menjadi lebih dingin. “Sebab bila terlalu panas semut peliharaannya bisa mati,” jelasnya.
Dengan cara ini, Prihandono mengaku dapat memetik hasil berupa telur semut rangrang atau yang biasa dikenal dengan sebutan kroto. Berkat ketelatenannya beternak semut rangrang, dirinya dapat meraup rupiah antara Rp800 ribu-Rp1 juta per minggunya.
Prihandono mengungkapkan, di pasaran, harga kroto cukup lumayan mencapai Rp150 ribu rupiah per kilogram (kg). Oleh masyarakat, telur semut atau kroto sangat dibutuhkan dan permintaannya sangat tinggi karena dipakai untuk pakan burung.
“Dalam seminggu, setidaknya saya dapat memanen kroto dua kali dari kandang semutnya ini dan sekali panen dapat memperoleh 3-4 kg,” jelasnya.
Sebelumnya menjadi peternak semut rangrang, Prihandono mengaku dirinya pernah menjadi peternak kambing, namun karena harga pakan kambing terus meroket dan selalu merugi, dirinya kemudian banting setir dan beralih beternak semut rangrang ini.
“Selain hasil yang diperoleh cukup lumayan mencapai Rp800 ribu-Rp1 juta per minggunya, pengeluaran untuk pakan semut juga sangat sedikit hanya sekitar Rp30 ribu per minggu yakni untuk membeli jangkrik yang dijadikan pakan atau membeli gula untuk minum semut,” katanya.
Selain itu, juga ada nutrisi dan obat-obatan tertentu yang biasanya dibeli Prihandono di toko dan harganya juga sangat murah. Dibandingkan dengan beternak kambing, Prihandono merasakan bahwa beternak semut rangrang jauh lebih menguntungkan karena tidak menguras waktu dan tenaga.
disarikan dari : http://economy.okezone.com/
0 komentar:
Posting Komentar